Sabtu, 31 Desember 2016

Sanbenito, Topi Khas Tanda Muslim Telah Murtad Yang Dijadikan Simbol Perayaan Tahun Baru


Topi Tahun Baru yang berbentuk kon ternyata adalah topi dengan bentuk yang di sebut SANBENITO, yakni topi yang digunakan Muslim Andalusia (Sepanyol) untuk menandakan bahawa mereka sudah murtad dibawah penindasan Gereja Katholik Roma yang melaksanakan Pasitan Sepanyol.

Ketika kaum Frank yang beragama Kristian Trinitarian menyerang Negeri Muslim Andalusia. Mereka menangkap, menyiksa, membunuh dengan sadis kaum Muslim yang tidak mau tunduk kepada mereka.

Mereka kaum Kristian Trinitarian membentuk lembaga yang bernama Inkuisisi. Sebuah lembaga dalam Gereja Katholik Roma yang bertugas melawan ajaran sesat, atau mahkamah atas seseorang yang didakwa bidaah. Dan dalam hal ini yang dimaksudkan sesat / bidaah adalah MUSLIM!

Adalah sebuah pakaian yang diberi nama SANBENITO, pakaian dan topi khas yang dipakaikan kepada tawanan muslim yang telah menyerah dan mau conferso (confert / murtad).

sanbenitoPakaian ini untuk membezakan mereka (para converso) dengan orang-orang lain ketika berjalan di tempat-tempat umum di Andalusia yang pada masa itu telah takluk di tangan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand.

SANBENITO adalah sebuah pakaian yang menandakan bahawa seorang muslim di Andalusia ketika itu telah MURTAD.

Kini, 6 abad setelah peristiwa yang sangat sadis tersebut berlalu, para remaja muslim, anak-anak muslim justru memakai pakaian SANBENITO untuk merayakan TAHUN BARU MASEHI dan merayakan ULANG TAHUN.

Meniup trompet-trompet ala topi SANBENITO di saat pergantian tahun.

Perayaan-perayaan yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah yang justru nyata-nyata berasal dari kaum Kafir.

Kaum yang telah merampas kejayaan Muslim Andalusia, dan menghancurkan sebuah peradaban maju Islam, Andalusia.

Setelah kita tahu sejarah ini, apakah kita masih sanggup memakai SANBENITO? atau membiarkan anak-anak, adik-adik, sahabat-sahabat kita memakainya? padahal 6 abad yang lalu, SANBENITO adalah pakaian tanda seorang MUSLIM TELAH MURTAD.

sumber eramuslim.com

Tahun Baru Masehi : Sejarah Kelam Penghapusan Jejak Islam


Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2014 akan segera berganti, dan tahun 2015 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, kerana tahun baru Hijriyah telah berlaku beberapa bulan yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?

Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama selepas Julius Caesar dinobatkan sebagai maharaja Rom, ia memutuskan untuk menukar kalendar tradisional Rom yang telah diwujudkan sejak abad ketujuh SM. Dalam merekabentuk kalendar baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun mengikut perkiraan baru itu dikira sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambah 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM bermula pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teori boleh mengelakkan penyimpangan dalam kalendar baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia menukar nama bulan Quintilis dengan namanya, iaitu Julius atau Julai. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Maharaja Augustus, menjadi bulan Ogos.

Perayaan Tahun Baru

Pada masa ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristian. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekular yang menjadikannya sebagai hari cuti umum kebangsaan untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi bermula pada tarikh 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu

Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka-yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja-Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Kebelakangan ini, mereka saling memberikan kacang atau syiling lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year 's Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang Kristian yang majoriti menghuni belahan benua Eropah, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Isa Al-Masih atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristian sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Pada tarikh 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau menonton televisyen: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lumba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Syarikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Disember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisyen dari Times Square di tengah-tengah kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat loceng tengah malam berbunyi, siren dibunyikan, kembang api diletupkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!

Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil dalam menghapuskan jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Sementara beberapa minggu yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.

sumber eramuslim.com