Minggu, 29 Januari 2017

QUTAIBAH BIN MUSLIM, SANG PENAKLUK DARATAN CHINA

Qutaibah bin Muslim, Sang Penakluk Daratan Cina

Pada masa ini, jumlah umat Islam di China menembusi lebih dari 22 juta jiwa. Meskipun dikekang oleh kerajaan komunis China, ternyata pertumbuhan umat Islam tetap menunjukkan pergerakan progresif di negeri Mao Zedong ini. Namun tahukah anda, siapa yang membawa ajaran Islam ke wilayah ini? Berikut ini kisahnya.

Pembawa ajaran Islam di negeri China adalah Qutaibah bin Muslim bin Amr bin Husein bin al-Amir, Abu al-Hafs al-Bahili, seorang panglima besar yang terkenal dalam sejarah Islam. Ia adalah seorang panglima perang yang berjaya menakluk wilayah-wilayah Kesatuan Soviet (sekarang Rusia) hingga sampai di daerah China. Banyak penduduk dari negeri-negeri yang ia taklukkan berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah ini, mereka merasakan keindahan dan cahaya Islam yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Qutaibah meninggal dunia kerana terbunuh pada tahun 96 H, di umur 48 tahun.

Masa Kecil Qutaibah

Ayahnya adalah Muslim bin Amr sahabat dari Mush'ab bin Zubair gabenor Iraq dari pihak Abdullah bin Zubair, ayahnya terbunuh bersama-sama dengan Mush'ab pada peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, tahun 72 H / 692 M. Qutaibah dilahirkan di Iraq pada tahun 49 H / 669 M.

Di masa kecilnya, ia mulai mempelajari ilmu fekah dan Al-Quran, kemudian ia juga belajar menunggang kuda dan strategi perang. Ia tumbuh bersama kuda, pedang, dan panah, ia sangat mencintai teknik-teknik menunggang kuda. Pada masa pertumbuhannya, wilayah-wilayah Iraq tengah digoncang oleh pemberontakan-pemberontakan. Oleh kerana itu, amir-amir di wilayah tersebut sibuk mempersiapkan jihad dan mengajak masyarakat untuk menyiapkan tenaga mereka membantu kerajaan demi tetap kokohnya Islam dan tersebarnya dakwah. Pada masa itulah Qutaibah muda bergabung dalam jihad di usianya yang sangat belia.

Keberanian dan kemahiran Qutaibah memang memukau banyak orang, hal itu membuatnya dilirik oleh panglima besar, Muhallab bin Abi Shafrah. Muhallab pun menyampaikan kabar tentang Qutaibah ini kepada Hajjaj bin Yusuf. Setelah itu, Qutaibah makin dikenali di kalangan kerajaan, khalifah Abdul Malik bin Marwan menunjuknya menjadi Amir di Bandar Ray dan Khurasan.

Kaum muslimin mulai beranjak menakluk wilayah Timur, sebuah kawasan yang dihuni oleh dua bangsa yang besar; orang-orang Sasaniah atau Parsi dan orang-orang Turki. Dua kelompok besar ini hanya dipisahkan oleh sungai-sungai saja. Penaklukan Parsi sudah disempurnakan pada masa pemerintahan al-khulafa ar-Rasyidun, adapun orang-orang Turki mempunyai wilayah yang lebih luas, tersebar, dan jumlah yang lebih banyak, seperti: orang-orang Turki di wilayah Gaza, al-Qarakhta, Qawqaziyun, Bulgaria , dan Mongol.

Menakluk China

Qutaibah mula memimpin pasukan perang pada tahun 86 H / 705 M, pada masa itu Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi mengangkatnya menjadi amir Khurasan atas titah khalifah.

Perjalanan menakluk China adalah perjalanan yang luar biasa dan memerlukan masa yang panjang dan startegi yang matang. Sebelum tiba di negeri tirai buluh ini, Qutaibah bin Muslim menakluki daerah-daerah strategik yang membuka jalannya untuk menuju daratan China. Jika disusun maka strategi Qutaibah dapat diklasifikasikan menjadi empat tahap.

Tahap pertama, ia beserta pasukannya menuju daerah Thakharistan pada tahun 86 H. Pada masa ini, kawasan Thakharistan adalah sebahagian dari wilayah Afghanistan dan Pakistan.

Tahap kedua, antara tahun 87-90 H, ia menguasai wilayah Bukhara dan daerah-daerah sekitarnya di wilayah Uzbekistan. Daerah ini merupakan daerah yang sangat strategik untuk memantapkan dan melindungi daerah-daerah taklukkan lain dari serangan musuh.

Tahap ketiga, fasa ini berlangsung antara tahun 91-93 H. Pada masa ini, Qutaibah mengukuhkan kedudukan umat Islam di wilayah Sungai Jihun dengan sibuk berdakwah dan mengajarkan Islam di wilayah tersebut. Selain itu, pada masa ini juga umat Islam berjaya menguasai Sijistan, Khawarizm, dan Samarkand di tengah-tengah Asia.

Tahapan keempat, tahap keempat ini adalah tahap akhir dari perjalanan Qutaibah ke China, berlangsung antara tahun 94-96 H. Pasukan Islam dibawah kepemimpinan Qutaibah berjaya menguasai kawasan Sungai Seihan dan bandar-bandar di sekitarnya. Setelah itu Qutaibah memasuki wilayah China tepatnya di Bandar Kashgar. Orang-orang Kashgar yang sebelumnya memeluk agama Zoroaster dan Budha, akhirnya berbondong-bondong masuk ke dalam Islam tanpa paksaan sedikit pun.

Ini adalah penaklukan terjauh yang dilakukan pasukan Islam sepanjang sejarah. Tidak ada pimpinan umat Islam yang melakukan penaklukkan lebih jauh daripada apa yang dilakukan Qutaibah bin Muslim.

Wafatnya Qutaibah

Setelah tiga belas tahun bertualang ke penjuru negeri, akhirnya tibalah akhir hayat Qutaibah bin Muslim. Qutaibah meninggal dunia dalam sebuah perselisihan antara umat Islam pada tahun 96 H. Ia terbunuh di tangan Waki ​​'bin Hasan at-Tamimi di wilayah Ferghana (sebuah daerah di Asia Tengah yang berada di wilayah Uzbekistan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan sekarang). Semoga Allah merahmati Qutaibah bin Muslim.

Pengajaran

Ada sebuah pengajaran yang menarik dari kisah penaklukan yang dilakukan Qutaibah bin Muslim. Di tengah buruknya nama Bani Umayyah di kalangan sebahagian umat Islam lantaran sistem monarki yang mereka terapkan, hadir sosok yang gemilang di antara ratusan nama lain dari orang-orang Bani Umayyah yakni Qutaibah bin Muslim.

Ada kumpulan-kumpulan tertentu yang menisbatkan diri mereka kepada Islam menuliskan buruknya sejarah perjalanan Bani Umayyah. Seolah-olah perjalanan kerajaan ini adalah masa kegelapan yang dialami umat Islam. Beredar dan maraknya tulisan-tulisan tersebut akhirnya membentuk opini dan image bahawa Daulah ini sangat jauh sekali dari ajaran Islam.

Orang-orang yang membenci syariat Islam menjadikan catatan senjarah yang penuh manipulasi ini sebagai senjata mereka untuk mengatakan, "Bagaimana mungkin syariat Islam dapat diterapkan di era moden ini, sementara di era yang dekat dengan masa khulafaur rasyidin saja syariat ini tidak boleh ditegakkan ?!" Inilah yang mereka inginkan dari pengkaburan sejarah Bani Umayyah. Dan ironisnya, isu picis ini diambil oleh kumpulan-kumpulan Islam yang sangat vokal menyeru kepada penubuhan kekhilafahan Islam.

Penaklukan yang dilakukan Qutaibah menggambarkan betapa besarnya jasa Bani Umayyah. Mereka menakluk wilayah Bukhara sehingga lahirlah seorang laki-laki dari kalangan masyarakat Bukhara yang berkaliber Imam Bukhari. Ditaklukkannya bandar-bandar di sekitar Sungai Jihun termasuk Naisabur, dari sini lahirlah laki-laki yang cemerlang bernama Muslim bin Hajjaj an-Naisaburi atau kita kenal dengan Imam Muslim, penulis Shahih Muslim, dll. Belum lagi penaklukan Andalusia yang melahirkan ulama-ulama dan ilmuan-ilmuan Islam.

Oleh kerana itu, kesalahan-kesalahan yang dilakukan seseorang atau sekumpulan orang jangan sampai membuat kita tidak bersikap adil dan melupakan lautan kebaikan yang mereka lakukan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) kerana Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. "(QS. Al-Maidah: 8)

Sumber: islamstory.com dll
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar